Senin, 17 November 2014

Aku tak tahu harus berkata apa

Terjerembab pada sajak-sajakmu yang kubaca sambil menyeduh lemon tea
Kau begitu mengerti bahwa aku selalu terpaku pada puisi-puisi
                   Puisi puisi jalang, puisi puisi liar

Mulanya aku tak pernah menduga ada beragam imaji dan hujatan tentang hidup dibalik kerenyahan gesturmu, selalu menipu. Ah- pantas kaumampu membaca makna: pasti ada ketulusan dibalik matamu.
Kautahu? Kali ini aku limbung. Layu aku mencerna nada-nada dalam barisan kalimat bikinanmu: Gila!
Gila kau! Kali ini aku kalah. Kali ini aku akan nyaring teriak: Dedah aku dengan segala tulisanmu!
Karena, sekali lagi, penyair selalu bisa menjadi saksi. Saksi paling jujur atas segala: ada.

Aku bahkan kehilangan kata. Kehilangan barisan-barisan yang biasanya memenuhi lemariku: bahkan sampai tumpah, meluap kemana-mana. Kali ini mereka kemana? Pergi, malu pada segala sajak-sajakmu.
Aku tak tahu lagi harus berkata apa... 


Pudar mereka. Pudar aku. Enyah aku dalam segala ketiadaan.

nurrahma,
Sleman, November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurutmu?