Jadi,
begitu. Ah-betapa bahagiamu bukanlah semu karena kau masih diberi kesempatan
untuk bisa lepas bercerita pada bidadarimu: Ibumu. Memang dengan bercerita pada
Ibu, solusi dan komentar-komentar beliau sedikit banyak tentu akan melatih rasa
dan emosi kita. Aku iri padamu. Padamu yang bisa semaunya curhat pada ibumu,
mampu menggelendot manja pada pundaknya atau bahunya. Mampu entah dengan
tergesa atau tidak, berkisah menggebu-gebu tentang orang-orang yang membuatmu
sebal atau membuatmu begitu bahagia. Aku iri. Sungguh. Aku iri. Mungkin karena
inilah, emosiku tak utuh. Kelogisanku tak utuh. Segala yang tak utuh akan
menjadikannya tak sempurna.
(Kata batinku yang lain: Maka nikmat Tuhamu yang manakah yang kamu dustakan?)
nurrahma,
Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana menurutmu?