Senin, 10 Juni 2013

Aku kini.

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Sudah lama tidak benar-benar masuk ke blogku ini.
Terakhir pada desember tahun lalu. Dan dalam kurun waktu enam bulan ini, aku hanya sekadar menengok. Seringkali ada perasaan ingin menulis lagi. Tetapi pada ujungnya aku hanya melamun menatap monitor.
Seperti melihat dari balik kaca. Melihat, menikmati, tapi tak tersentuh.

Sekarang sudah sepuluh juni. Sepuluh juni duaributigabelas.
Lama. Lama sekali semenjak aku ada. Ada dalam artian sesungguhnya. Ada di dunia ini, lahir dengan polosnya dari rahim Ibuku.

Aku.
Apakah aku sekarang? Aku kini malah tidak bisa menjawabnya.
Denting waktu ternyata berjalan sedemikian cepatnya. Sedemikian melenakan.
Tak ada waktu untuk menyesali atau mempertanyakannya.
Ya, ada yang pernah mengatakan bahwa waktu adalah hidup. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Karena toh ada tidaknya diri kita, variabel waktu terus saja berjalan. Satu-satunya hal yang tak bisa dihentikan oleh manusia.

Waktu.
Ia terikat kuat dengan yang namanya takdir.
'Kau percaya takdir?' Pernah ada yang bertanya padaku.
Ah- Bagiku takdirlah yang membawaku ke titik ini.
Aku memiliki Tuhan, Illah, Rabb... Alloh, Alloh Yang Maha Agung, Yang Maha Perkasa...
Mungkin aku bisa merubah takdir, tapi jangan diterima secara mentah. Aku hanya mampu berusaha, berdoa. Pada hasil akhirnya aku menyerahkan pada takdir. Pada apa yang digariskan kepadaku. Yang sudah dituliskan di kitab Lauhul Mahfuzh.

Alloh.
Adalah sebab aku kini berada di sebuah kamar duasetengah kali empat meter ini.
Adalah hal yang membuatku masih mampu bernafas, menghirup udara kotor yang secara otomatis diserap oksigennya oleh paru-paru, baru kemudian dikeluarkan lagi udara yang tidak perlu.
Alloh, adalah alasan mataku mampu mengedip, mempertemukan dua baris bulu mata yang awalnya tidak menyatu.
Ia juga adalah satu-satunya yang membuat jantung dalam tubuhku berdenyut. Memompa darah dengan harmonisnya dengan koordinasi serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, bilik kiri, disertai katup-katup dan pembuluh yang saling melengkapi.
Semua... Tubuhku, aliran darahku, bahkan kerja saraf yang mengagumkan ini...
Semua bersumber dari satu hal; ALLOH. Ar-Rahmaanurrahiim.

Maka pantaskah aku justru hidup tidak dengan aturan Alloh?
Sungguh pertanyaan itu tidak perlu dijawab.

Aku. Kini.

Aku sudah berubah, berbeda. Ah-hanya lahiriah. Apakah batinmu juga sudah berubah?

Aku. Harusnya itu yang aku katakan pada diriku: Apa bedanya rizka hari ini dengan rizka kemarin?

Jangan hanya diam di satu titik ini. Harusnya bisa lebih baik, jauh lebih baik dari sekarang.




-nurrahma, 10 juni 2013, 1 Sya'ban 1434 H-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurutmu?